Kamis, 27 September 2018

ASI Ekslusif lebih baik dari pada Vaksin


ASI Ekslusif lebih baik dari pada Vaksin

Pada perkuliahan filsafat pendidikan yang diampu oleh bapak Moh Aniq KHB S.Pd.,M.Hum, pada hari selasa 25 September beliau mengatakan bahwa air susu ibu (ASI) adalah imunasi alami bagi bayi atau anak. Manfaat yang terkandung dalam ASI lebih baik dari pada vaksin itu sendiri. Beliau juga setuju bahwa bayi atau anak-anak lebih baik diberikan ASI dari pada memberikan vaksin. Dari pembahasan tersebut beliau menyuruh mahasiswa untuk melakukan penelitian atau pengamatan dari sumber sumber terpaca. Dari perintah tersebut saya mengutip dari situs-situs yang terpercaya seperti Merdeka.com
Mengutip dari aritikel Merdeka.com “Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa ternyata manfaat asi untuk bayi begitu besar. Bukan hanya untuk nutrisi bayi, namun bekerja untuk melawan penyakit tertentu seperti TB alias tuberkulosis.”
"Beberapa vaksin ada yang tidak aman bagi bayi yang baru lahir," ujar pemimpin peneliti bernama Ameae Walker, seorang Profesor di University of California, Riverside School of Medicine di Amerika Serikat.
Dari mendapatkan vaksinasi dari ibu maka bayi tersebut akan menerima sel-sel kekebalan selama dia meminum ASI. Sehingga hal tersebut akan melindungi kesehatan bayi sedini mungkin. Ini mungkin bukan hal yang baru, namun para peneliti baru percaya setelah adanya pengujian ASI ternyata lebih besar dari yang dibayangkan. Para ilmuwan kini memahami bahwa ASI memilki peran penting dalam memberikan perlindungan kekebalanbagi bayi dan anak-anak terhadap beberapa infeksi. Hal tersebut biasa disebut 'kekebalan pasif'. Sel-sel kekebalan dalam ASI melewati dinding usus bayi dan masuk ke organ kekebalan yang disebut timus. Sesampainya di sana, sel-sel tersebut 'mendidik' dan mengembangkan sel-sel lain untuk menyerang organisme menular yang mungkin ada di dalam tubuh bayi.
Faktor-faktor Kekebalan dalam ASI
Secara garis besar terdapat 2 macam kekebalan di dalam ASI, yaitu faktor kekebalan non spesifik (seperti bifidus factor, laktoferin, lisozim) dan faktor kekebalan spesifik (seperti imunoglobulin).
Penjelasan singkatnya sebagai berikut :
1.      Bifidus factor
Di dalam ASI, kadar bifidus factor 40 kali lipat lebih banyak dibanding susu sapi. Bifidus factor dalam suasana asam di dalam usus bayi akan mendorong pertumbuhan lactobasilus bifidus. Lactobasilus bifidus ini di dalam usus bayi akan mengubah laktosa yang banyak terkandung di dalam ASI menjadi asam laktat dan asam asetat, sehingga suasana usus bayi akan semakin asam. Suasana asam ini akan menghambat pertumbuhan kuman enterobacteriaceae dan Eschericia coli (E.coli) patogen, yaitu suatu jenis kuman yang paling sering menyebabkan diare pada bayi. Oleh karena itu, kuman komensal terbanyak dalam usus bayi-bayi yang mendapat ASI sejak lahir adalah bakteri bifidus. Sebaliknya, flora usus dari bayi yang mendapat susu sapi adalah kuman-kuman gram negatif (terutama bakteroides dan koliform). Maka tidak heran jika bayi yang tidak mendapat ASI lebih peka terhadap infeksi kuman patogen karena tidak adanya perlindungan seperti halnya pada bayi yang mendapat ASI.
2.      Laktoferin
ASI mengandung laktoferin dalam kadar yang bervariasi di antara 6 mg/mL kolostrum dan tidak lebih dari 1 mg/mL di dalam ASI matur. Meskipun kadar laktoferin pada kolostrum susu sapi juga tinggi, yaitu 5mg/mL, tetapi kadar ini cepat menurun. Di dalam ASI yang matur, laktoferin selain menghambat pertumbuhan Candida albicans, juga bersama-sama (sinergistik) dengan SIgA menghambat pertumbuhan E-coli patogen.
3.      Lisozim
Sudah lama diketahui bahwa lisozim adalah suatu substrat anti-infeksi yang sangat berguna di dalam air mata. Akhir-akhir ini terbukti bahwa di dalam ASI juga terdapat lisozim dalam kadar yang cukup tinggi (sampai 2mg/100mL), yaitu 5000 kali lebih banyak daripada susu sapi. Lisozim pada ASI ini tidak dihancurkan di dalam usus sehingga kadarnya dalam tinja masih ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Khasiat lisozim, bersama-sama dengan sistem komplemen dan SIgA dapat memecahkan dinding sel bakteri (bakteriolitik) dari kuman-kuman enterobacteriaceae dan kuman-kuman gram positif. Selain itu, lisozim diduga juga melindungi tubuh bayi dari berbagai infeksi virus antara lain virus herpes hominis.
4.      Imunoglobulin 
Semua macam imunoglobulin ditemukan di dalam ASI. Dengan tehnik yang baru, seperti imuno-electrophoresi, radio immune assay, elisa, dan sebagainya dapat diidentifikasi lebih dari 30 macam imunoglogulin. Delapan belas di antaranya berasal dari serum si ibu dan sisanya hanya ditemukan di dalam ASI atau kolostrum. Selain itu, imunoglobulin G dapat menembus plasenta dan berada pada konsentrasi yang cukup tinggi di dalam darah janin/ bayi sejak lahir sampai umur beberapa bulan, sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap beberapa macam penyakit.
Imunoglobulin terpenting dan terbanyak dalam darah manusia adalah IgG. Sebaliknya, di dalam ASI yang terpenting adalah IgA. IgA dianggap penting tidak hanya karena konsentrasinya yang tinggi, namun juga karena aktivitas biologiknya. Dari kelas IgA ini, yang paling dominan adah SIgA, yang kadarnya 90% dari seluruh kadar imunoglobulin di dalam kolostrum maupun ASI matur. Diduga fungsi utama dari SIgA adalah mencegah melekatnya kuman-kuman patogen pada dinding mukosa usus halus. Selain itu, SIgA juga diduga dapat menghambat proliferasi kuman-kuman tersebut di dalam usus, meskipun tidak sampai membunuhnya. Kadar imunoglobulin di dalam payudara kiri dan kanan adalah sama dan kadar ini juga konstan di dalam ASI. Kadar ini selalu sama baik pada permulaan laktasi (menyusui) maupun pada akhir laktasi dan juga konstan tiap 24 jamnya.

Bukan Jaminan Bebas dari Segala Penyakit
Begitu banyak manfaat ASI dan salah satunya adalah dapat mencegah infeksi. Namun demikian, bukan berarti bayi yang mendapat ASI berarti bebas dari segala macam penyakit. Tetap diperlukan berbagai upaya mencegah penyakit untuk meminimalisir risikonya pada bayi.Sebagian ibu berpendapat bahwa ASI merupakan “obat” ketika bayi sakit sehingga mencukupkan diri dengan pemberian ASI. Hal ini tentu tidak dapat dibenarkan. Ketika bayi menunjukkan gejala penyakit, hendaknya segera ditangani dan jika perlu diperiksakan ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat.
Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar