ASI
Ekslusif lebih baik dari pada Vaksin
Pada perkuliahan
filsafat pendidikan yang diampu oleh bapak Moh Aniq KHB S.Pd.,M.Hum, pada hari
selasa 25 September beliau mengatakan bahwa air susu ibu (ASI) adalah imunasi
alami bagi bayi atau anak. Manfaat yang terkandung dalam ASI lebih baik dari
pada vaksin itu sendiri. Beliau juga setuju bahwa bayi atau anak-anak lebih
baik diberikan ASI dari pada memberikan vaksin. Dari pembahasan tersebut beliau
menyuruh mahasiswa untuk melakukan penelitian atau pengamatan dari sumber
sumber terpaca. Dari perintah tersebut saya mengutip dari situs-situs yang
terpercaya seperti Merdeka.com
Mengutip dari aritikel Merdeka.com “Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa ternyata
manfaat asi untuk bayi begitu
besar. Bukan hanya untuk nutrisi bayi, namun bekerja untuk melawan penyakit
tertentu seperti TB alias tuberkulosis.”
"Beberapa
vaksin ada yang tidak aman bagi bayi yang baru lahir," ujar pemimpin
peneliti bernama Ameae Walker, seorang Profesor di University of California,
Riverside School of Medicine di Amerika Serikat.
Dari mendapatkan vaksinasi dari ibu maka bayi tersebut akan
menerima sel-sel kekebalan selama dia meminum ASI. Sehingga hal tersebut akan
melindungi kesehatan bayi sedini mungkin. Ini mungkin bukan hal yang baru,
namun para peneliti baru percaya setelah adanya pengujian ASI ternyata lebih
besar dari yang dibayangkan. Para ilmuwan kini memahami bahwa ASI memilki peran
penting dalam memberikan perlindungan kekebalanbagi bayi dan anak-anak terhadap
beberapa infeksi. Hal tersebut biasa disebut 'kekebalan pasif'. Sel-sel
kekebalan dalam ASI melewati dinding usus bayi dan masuk ke organ kekebalan
yang disebut timus. Sesampainya di sana, sel-sel tersebut 'mendidik' dan
mengembangkan sel-sel lain untuk menyerang organisme menular yang mungkin ada
di dalam tubuh bayi.
Faktor-faktor Kekebalan dalam
ASI
Secara garis besar terdapat 2
macam kekebalan di dalam ASI, yaitu faktor kekebalan non spesifik (seperti bifidus
factor, laktoferin, lisozim) dan faktor kekebalan spesifik (seperti
imunoglobulin).
Penjelasan
singkatnya sebagai berikut :
1.
Bifidus factor
Di dalam ASI, kadar bifidus factor 40
kali lipat lebih banyak dibanding susu sapi. Bifidus factor dalam suasana asam
di dalam usus bayi akan mendorong pertumbuhan lactobasilus bifidus.
Lactobasilus bifidus ini di dalam usus bayi akan mengubah laktosa yang banyak
terkandung di dalam ASI menjadi asam laktat dan asam asetat, sehingga suasana
usus bayi akan semakin asam. Suasana asam ini akan menghambat pertumbuhan kuman
enterobacteriaceae dan Eschericia coli (E.coli) patogen, yaitu suatu jenis
kuman yang paling sering menyebabkan diare pada bayi. Oleh karena itu, kuman
komensal terbanyak dalam usus bayi-bayi yang mendapat ASI sejak lahir adalah
bakteri bifidus. Sebaliknya, flora usus dari bayi yang mendapat susu sapi
adalah kuman-kuman gram negatif (terutama bakteroides dan koliform). Maka tidak
heran jika bayi yang tidak mendapat ASI lebih peka terhadap infeksi kuman patogen
karena tidak adanya perlindungan seperti halnya pada bayi yang mendapat ASI.
2.
Laktoferin
ASI mengandung laktoferin dalam kadar
yang bervariasi di antara 6 mg/mL kolostrum dan tidak lebih dari 1 mg/mL di
dalam ASI matur. Meskipun kadar laktoferin pada kolostrum susu sapi juga
tinggi, yaitu 5mg/mL, tetapi kadar ini cepat menurun. Di dalam ASI yang matur,
laktoferin selain menghambat pertumbuhan Candida albicans, juga bersama-sama
(sinergistik) dengan SIgA menghambat pertumbuhan E-coli patogen.
3.
Lisozim
Sudah lama diketahui bahwa lisozim
adalah suatu substrat anti-infeksi yang sangat berguna di dalam air mata.
Akhir-akhir ini terbukti bahwa di dalam ASI juga terdapat lisozim dalam kadar
yang cukup tinggi (sampai 2mg/100mL), yaitu 5000 kali lebih banyak daripada
susu sapi. Lisozim pada ASI ini tidak dihancurkan di dalam usus sehingga
kadarnya dalam tinja masih ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi.
Khasiat lisozim, bersama-sama dengan sistem komplemen dan SIgA dapat memecahkan
dinding sel bakteri (bakteriolitik) dari kuman-kuman enterobacteriaceae dan
kuman-kuman gram positif. Selain itu, lisozim diduga juga melindungi tubuh bayi
dari berbagai infeksi virus antara lain virus herpes hominis.
4.
Imunoglobulin
Semua macam imunoglobulin ditemukan
di dalam ASI. Dengan tehnik yang baru, seperti imuno-electrophoresi, radio
immune assay, elisa, dan sebagainya dapat diidentifikasi lebih dari 30 macam
imunoglogulin. Delapan belas di antaranya berasal dari serum si ibu dan sisanya
hanya ditemukan di dalam ASI atau kolostrum. Selain itu, imunoglobulin G dapat
menembus plasenta dan berada pada konsentrasi yang cukup tinggi di dalam darah
janin/ bayi sejak lahir sampai umur beberapa bulan, sehingga dapat memberikan
perlindungan terhadap beberapa macam penyakit.
Imunoglobulin terpenting dan
terbanyak dalam darah manusia adalah IgG. Sebaliknya, di dalam ASI yang
terpenting adalah IgA. IgA dianggap penting tidak hanya karena konsentrasinya
yang tinggi, namun juga karena aktivitas biologiknya. Dari kelas IgA ini, yang
paling dominan adah SIgA, yang kadarnya 90% dari seluruh kadar imunoglobulin di
dalam kolostrum maupun ASI matur. Diduga fungsi utama dari SIgA adalah mencegah
melekatnya kuman-kuman patogen pada dinding mukosa usus halus. Selain itu, SIgA
juga diduga dapat menghambat proliferasi kuman-kuman tersebut di dalam usus,
meskipun tidak sampai membunuhnya. Kadar imunoglobulin di dalam payudara kiri
dan kanan adalah sama dan kadar ini juga konstan di dalam ASI. Kadar ini selalu
sama baik pada permulaan laktasi (menyusui) maupun pada akhir laktasi dan juga
konstan tiap 24 jamnya.
Bukan Jaminan Bebas dari Segala
Penyakit
Begitu banyak manfaat ASI dan salah satunya adalah dapat
mencegah infeksi. Namun demikian, bukan berarti bayi yang mendapat ASI berarti
bebas dari segala macam penyakit. Tetap diperlukan berbagai upaya mencegah
penyakit untuk meminimalisir risikonya pada bayi.Sebagian ibu berpendapat bahwa
ASI merupakan “obat” ketika bayi sakit sehingga mencukupkan diri dengan pemberian ASI. Hal ini
tentu tidak dapat dibenarkan. Ketika bayi menunjukkan gejala penyakit,
hendaknya segera ditangani dan jika perlu diperiksakan ke dokter untuk mendapat
penanganan yang tepat.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar